Minggu, 22 Mei 2011

Kyai Semar ..

Siapa yang tak mengenal tokoh pewayangan bernama Semar? Salah satu tokoh panakawan di pewayangan yang digambarkan berkarakter badan bulat atau gendut, perut buncit, tangan kiri dengan jari telunjuk didepan, tangan kanan dibelakang seolah menggenggam, entah perempuan atau lelaki .. namun jelas sosok Semar adalah sosok yang sakti dengan kekuatan dewa. Pembuktian apakah sosok Semar apakah cerita dalam kehidupan nyata atau hanya cerita yang melambangkan kekuatan yang melindungi tanah bumi, masih belum bisa dipastikan dengan fakta. Nah .. untuk mengupas lebih dalam dan jelas, bagaimana wujud sebenarnya Semar itu, hanya suatu kepercayaanlah yang meyakini bahwa wujud Semar ada atau hanya simbol dalam pewayangan saja.
Rasa ingin tahuku begitu besar mengenai sejarah peninggalan masyarakat Jawa ini. Sudah banyak artikel yang kutemukan hingga membeli buku yang berhubungan dengan apa yang kupelajari. Dari apa yang telah kutemukan, kuberanggapan bahwa Ya .. Semar itu memang ada dan berwujud. Tetapi kembali ke kepercayaan masing-masing karena itu adalah hak tiap manusia yang meyakini ada atau tidak ada sesuatu yang diyakini. Mengapa kuberanggapan Ya? karena sosok Semar yang selama ini ada dalam pewayangan jelas lahir dari keyakinan orang yang mengerti tentang asal usul Jawa yaitu orang Jawa. "Jawa" yang berarti mengerti. 
Tepatnya tanggal 11 Mei yang lalu, kemenemukan satu artikel mengenai Kyai Semar. Artikel tersebut menyebutkan bahwa Semar atau Kyai Semar bersemayam (makam) diatas puncak Gunung Tidar, Magelang. Makam tersebut terdapat atap yang berbentuk kerucut yang dilambangkan gunungan berwarna emas, yang bersanding dekat dengan makam Kyai Sepanjang dan petilasan Kyai Syeh Subakir (tepat bawah puncak). Dengan bermodal informasi dari artikel tersebut, aku mencoba menapaki Gunung Tidar tepat pada tanggal 15 Mei (selang 4 hari). Dan apa yang kurasakan dan kulihat dengan mata kepalaku sendiri? Subhanalloh ... terdapat makam yang berdiri, mungkin beratus-ratus tahun lamanya, nampak masih terjaga. Dan sangat terasa sakralnya karena suasana tempat yang mendukung.
Hasil peninggalan warisan orang Jawa terdahulu begitu banyak hingga terdampar ke berbagai tempat, dimana tempat yang kurang atau tak terjamah sekalipun oleh orang secara umum.
ayo .. siapa selanjutnya yang akan menjadi penerus yang menjaga, mempertahankan peninggalan leluhur kita? aku menulis artikel ini karena hanya sebagai salah satu contoh, betapa besar perjuangan orang terdahulu untuk mempertahankan apa yang dimiliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar